Nah bicara mengenai Pramuka sendiri tentu akan terbesit dalam pikiran kita bahwa ini Indonesia. Karena memang Pramuka ini hanya ada di Indonesia, selain Indonesia namanya kepanduan, hihihi. Kita mungkin masih berpikir bahwa kegiatan kepramukaan di Indonesia ini masih ketinggalan zaman, oke mari kesampingkan hal itu. Kali ini kita akan membahas sejarah perkembangan Pramuka di Indonesia.
Kita tahu bahwa sebenarnya gerakan kepanduan ada sebelum kita merdeka, memang dari situlah awal mula adanya pramuka di Indonesia. Pada zaman penjajahan Belanda, rakyat Belanda yang sudah mengenal kepanduan membawanya ke Indonesia dengan nama Nederlandsche Padvinders Bestuur (NPO) pada tahun 1912 yang kemudian berganti nama menjadi Nederlands Indische Padvinders Vereeniging (NIPV) pada tahun 1916. Maka dari itu tokoh asli Indonesia bernama S.P. Mangkunegara VII berencana membuat kepanduan mereka sendiri yang bernama Javaansche Padvinders Bestuur (JPO) yang kemudian memicu munculnya gerakan kepanduan yang lain seperti Padvinder Muhammadiyah atau dikenal dengan Hizbul Wathan dan gerakan kepanduan lainnya. Gerakan ini makin lama makin menyebar di masyarakat.
Kala itu perjuangan melawan penjajah salah satunya melalui media kepanduan. Materi-materi mengenai nasionalisme ditanamkan kepada seluruh pandu di Indonesia hingga akhirnya turut serta dalam suksesnya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 sebagai titik awal penggalangan kemerdekaan, ini juga yang menjadi kiasan dasar “Penggalang” dalam Gerakan Pramuka.
Berawal dari peristiwa tersebut, segala persiapan untuk mencapai kemerdekaan semakin digalakkan demi mencapai negara yang aman makmur dan sejahtera, terlebih dibekali dengan semakin bersatunya organisasi-organisasi kepemudaan di seluruh Indonesia. Pada akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia berhasil memproklamirkan kemerdekaannya, hal ini juga menjadi kiasan dasar “Penegak” bahwa kita pada titik ini sedang menegakkan kemerdekaan Indonesia.
Pada masa-masa itu gerakan kepanduan di Indonesia masih sangatlah banyak, masing-masing gerakan kepanduan bergerak untuk berlomba-lomba mengibarkan bendera organisasinya lebih tinggi dari organisasi yang lain. Dari hal ini muncul kekhawatiran dari benak Presiden Sukarno bahwa akan terjadi perpecahan di dalam kepanduan ini, maka Bung Karno mempunyai gagasan untuk mempersatukan seluruh gerakan kepanduan menjadi satu.
Akhirnya pada 20 Mei 1961, disahkan Keputusan Presiden Nomor 238 tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka yang menjadi awal Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya wadah kepanduan di Indonesia. Keppres ini ditandatangani oleh Ir. Juanda karena saat itu Presiden Sukarno sedang kunjungan ke luar negeri. Setelah aturan ini disahkan, berbondong-bondong semua wilayah di Indonesia mengumpulkan seluruh gerakan kepanduan yang ada didalamnya untuk disatukan menjadi satu Gerakan Pramuka dan mengganti seluruh setangan lehernya menjadi warna merah putih sesuai yang kita kenakan saat ini.
Tahun berganti, ternyata popularitas Gerakan Pramuka dan Kepramukaan mulai surut di tengah masyarakat. Kali ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang ikut andil dalam titik balik dari metode pengayoman Gerakan Pramuka yang lalu menjadi Gerakan Pramuka yang lebih baik melalui Revitalisasi Gerakan Pramuka pada tahun 2007. Gerakan perubahan memang mulai digalakkan, namun ternyata masih ada hal yang kurang, Gerakan Pramuka belum mempunyai payung hukum yang kuat di negara Indonesia, maka dari itu Presiden SBY dan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka menyusun aturan baru mengenai Gerakan Pramuka agar menjadi organisasi yang lebih kuat di mata hukum, akhirnya disahkan lah Undang Undang Republik Indonesia nomo 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.
Sejarah Kepanduan Dunia
Hai, lama tak jumpa. Kira-kira aku mempunyai blog ini di bulan Agustus lalu dan aku pun menulis post terakhirku di bulan yang sama untuk mengerjakan tugas OSPEK. Yaa, aku memang tidak terlalu aktif di jejaring sosial terutama blog. Kali ini aku akan mencoba membangkitkan semangatku bermain blog (meskipun ini bukan blogspot) dengan menuliskan hobi-hobi ku, yaitu Pramuka.
Bicara tentang pramuka selalu terkait dengan orang-orang yang terbiasa kotor, pakaian serba coklat (coklat muda dan coklat tua), tutup kepala, dan yang paling penting adalah setangan leher warna merah putih. Ya kalau bukan merah putih bukan pramuka namanya, boleh jadi itu scout. Hahaha
Aku pun memulai pramuka di usiaku yang sangat masih belia yaitu 7 tahun ketika masih Siaga hingga sekarang usiaku 18 tahun (secara usia aku masih Penegak, namun aku kini sudah Pandega). Setiap aku masuk ke pangkalan baruku, selalu disuguhkan dengan sejarah Kepramukaan Dunia dan Indonesia. Yaa, hal ini bagaikan pondasi untuk mengenal orang-orang hebat yang telah mendirikan organisasi hebat ini, organisasi yang telah banyak berperan dalam mengubah pribadiku.
Bicara mengenai sejarah Kepramukaan Dunia, hampir setiap orang berpikir pada Pandu Dunia dengan warna dasar ungu atau Bapak Pandu Dunia, yaitu Baden Powell. Baden Powell adalah seorang purna tentara Inggris dengan pangkat Letnan Jendral. Beliau adalah anak dari pasangan Henrietta Grace Smyth dan Baden Powell dengan nama kecil Robert Stephenson Smyth Powell yang kerap dipanggil Stephe (dibaca Stevie). Nama Robert Stephenson sendiri merupakan nama Baptisnya dari bapak baptisnya. Setelah kepergian ayahnya, ibu Stephe mengubah nama belakang/nama keluarganya menjadi Baden-Powell, maka nama Stephe saat itu berubah menjadi Robert Stephenson Smyth Baden-Powell.
Stephe tumbuh dan berkembang menjadi anak yang bertalenta sangat banyak dan sangat terampil dibawah didikan ibundanya. Stephe juga belajar banyak tentang kehidupan di alam terbuka karena rumahnya yang sangat dekat dengan hutan dan diberikan bimbingan oleh kakaknya tentang berlayar, berenang, berkemah, olah raga dan lain lainnya. Selain berpengalaman di kegiatan alam terbuka, Stephe juga terampil dalam bidang kesenian dan akademis, hal itu terbukti ketika bersekolah di Carterhouse Stephe dikenal sebagai anak yang sangat berbakat di bidang seni seperti bermain biola, piano, serta bermain drama.
Berbekal dari pengalaman-pengalaman yang telah ia dapatkan bersama saudara-saudaranya, Stephe melanjutkan perjalanan hidupnya dalam dunia militer. Tepat pada tahun 1876 Stephe bergabung dalam pasukan Hussars ke-13 yang bertugas di India, disana ia mendapatkan salah satu pengalaman menarik yaitu dengan menjabat sebagai pembantu Letnan berhasil menemukan kuda yang hilang di puncak gunung, kemampuan luar biasa ini ia dapatkan dari latihan panca indera dari Kimball O’Hara.
Mulai tahun 1895 Stephe atau Baden-Powell mulai ditugaskan di daerah Afrika, setahun setelahnya ia ditugaskan di daerah Matabele di Rhodesia Selatan atau sekarang bernama Zimbabwe sebagai Kepala Staf dibawah pimpinan Jendral Frederick Carrington. Disinilah awal mula sistem kepanduan yang saat ini ada mulai terbesit dalam benak Baden-Powell, bertemu dengan Frederick Russell Burnham seorang tentara Amerika yang bertugas di pasukan pengintai Inggris sebagai kepala pasukan. Selama bertemu, Burnham mengajarkan Baden-Powell mengenai keahlian woodcrafting yang menjadi cikal bakal sistem kepanduan saat ini, woodcraft merupakan keahlian yang sangat dikenal di Amerika namun asing untuk masyarakat Inggris.
Tiga tahun kemudian pecah perang Boer II, Baden-Powell ditugaskan di sebuah kota kecil bernama Mafeking. Dengan kondisi jumlah pasukan Boer yang jauh lebih banyak dari sebelumnya, Baden-Powell dan pasukannya menyusun strategi untuk tetap bisa berkomunikasi selama di medan peperangan, maka dibuatlah Mafeking Cadet Corps yaitu sekelompok pemuda yang bertugas membawakan pesan untuk pasukan lain. Dengan bantuan seluruh pasukan dan Mafeking Cadet Corps, kota Mafeking berhasil dipertahankan selama terjadi perang Boer II, dari sinilah Baden Powell mendapatkan gelar Letnan Kolonelnya. Selain itu ia juga mendapat beberapa gelar selama bertugas di Afrika seperti Impeesa yang artinya serigala yang tidak pernah tidur dari perang di Kerajaan Zulu ketika berhasil merebut kalung Raja Dinizulu yang sekarang digunakan sebagai simbol pembina/pelatih secara internasional disebut woodbadge/manik kayu.
Sepulang dari Afrika, Baden-Powell mulai merancang mengenai sistem kepanduan yang akan ia buat demi menjaga kedamaian di dunia. Bermula dari Baden-Powell yang diminta melatih Boys Brigade, sebuah organisasi kepemudaan yang besar dan bernuansa militer, dari hal ini ia berpikir bahwa hasil latihan akan menjadi bahan pelajaran di sistem kepanduan. Kemudian ia melatih 21 pemuda dari latar belakang yang bermacam-macam di Brownsea Island selama seminggu, disini ia juga menerapkan hal-hal yang telah ia alami selama di Afrika misalnya, terompet Kudu yang merupakan peralatan perang Ndebele yang ditiup setiap pagi untuk membangunkan para peserta perkemahan. Hasil dari perkemahan tersebut dibuatlah buku yang sangat terkenal di seluruh belahan dunia yang menginspirasi negara-negara lain untuk membuat Gerakan Kepanduan yang berjudul “Scouting for Boys”.
Awalnya gerakan kepanduan hanya untuk laki-laki, itulah mengapa dibuat Boys Scout. Lalu pada 1912 bersama adiknya bernama Agnes medirikan gerakan kepanduan untuk perempuan yang bernama Girl Guides. Kemudian pada 1916 didirikan Gerakan Kepanduan lain untuk mewadahi para pandu usia siaga bernama Cub yang artinya anak serigala. Cub ini didirikan berpedoman buku berjudul The Jungle Book karangan Rudyard Kipling yang menceritakan tentang Mowgli seorang anak rimba yang dibesarkan oleh induk serigala. Lalu pada tahun 1918 didirikan wadah untuk para pandu usia 17 tahun keatas yang bernama Rover Scout yang kemudian dituliskan dalam buku Rovering to Success oleh Baden-Powell. Hingga akhirnya pada tahun 1920 dilaksanakan Jambore Dunia yang pertama dilaksanakan di Olympia Hall, disini Baden-Powell mendapat gelar Lord dan diangkat sebagai Bapak Pandu Dunia (Chief Scout of The World).
Kampus yang Berteknologi
Sebelum menggambarkan sebuah cyber campus dambaan saya, cukup penting untuk kita mengetahui pengertian cyber campus itu sendiri. Cyber adalah karakteristik budaya komputer atau bisa kita permudah dengan kalimat membumikan komputer dalam kehidupan sehari-hari. Jadi maksud cyber campus menurut data yang saya dapat dan menurut pendapat saya ialah kehidupan perkuliahan yang lebih mengandalkan fasilitas-fasilitas komputer dalam kesehariannya.
Eits, open up your mind! Komputer tak selalu benda yang cukup besar dengan keyboard, monitor, dan CPU. Karena pada dasarnya dan pada mulanya komputer adalah kalkulator, yes it’s true komputer pertama adalah kalkulator. Jadi yang dimaksud komputer disini adalah segala sesuatu yang memudahkan pekerjaan manusia sehari-hari. Gadget juga bisa sebagai komputer yang saya maksud saat ini.
Banyak keunggulan dari semakin dikembangkannya cyber campus ini, beberapa diantaranya ialah dengan cyber campus kita mengurangi penggunaan kertas, dengan mengurangi penggunaan kertas kita membuktikan bahwa kita mencintai alam kita. Walaupun riset menunjukkan kemampuan manusia mengingat tulisan dari sebuah buku jauh lebih baik daripada lewat layar. Dan buku juga tidak memancarkan radiasi, nah inilah yang di kemudian hari perlu dikembangkan juga.
Namun agaknya di Indonesia belum sepenuhnya siap dengan cyber campus ini, ya kita semua tahu masalahnya, koneksi di negeri kita ini terbilang masih kurang memadai. Dapat saya rasakan ketika saya mengunjungi negeri Gajah Putih, kecepatan download mereka minimal 24Mbps*, namun begitu saya mendarat di ibukota negara kita, kecepatan turun drastis hanya menyentuh angka 800Kbps*. Namun saya yakin lama-kelamaan koneksi negeri kita akan membaik, dan hal itu juga sudah terbukti pada saya, kecepatan download di rumah saya yang maksimal hanya 120KBps* kini bisa menyentuh angka 250KBps*. Memang terbukti terjadi pembenahan dalam masalah pelayanan internet di negeri ini.
Tak dapat dipungkiri, cyber tanpa adanya gelombang radio elektromagnetik yang kita sebut internet bukanlah apa-apa, dan teknologi tanpa orang-orang gila yang menemukan sesuatu yang baru hanyalah impian belaka
Kembali ke cyber campus, cyber campus yang saya idam-idamkan itu sendiri merupakan lingkungan kampus yang penggunaan antara komputer dan manual-buku misalnya-seimbang, tidak terlalu banyak menggunakan komputer karena masih perlu ada pendidikan cara menggunakan teknologi informasi yang baik, selain itu wilayah yang aman dari segala malware, hijacking, phising, karena apabila sekali wilayah ini jebol, tamatlah kita, tetap ada kemungkinan bahwa data-data penting tiap mahasiswa dapat dicuri, tak lupa server yang kuat sangat diperlukan untuk membangun cyber campus yang ideal menurut saya, dan tentu yang paling utama adalah etika tiap pengguna atau tiap civil cyber (ini ngawur) yang terjaga, karena jika kita saling menghormati dan menghargai orang lain akan membuat kita nyaman di suatu tempat.
Jadi dapat saya simpulkan bahwa cyber campus (seperti yang saya maksud) yang ideal menurut saya haruslah seimbang antara penggunaan komputer dan manualnya, penggunanya yang telah sadar dan tahu cara menggunakan teknologi dengan baik, aman dari segala macam gangguan dan ancaman cyber, server yang kuat, dan perilaku atau etika setiap penggunanya yang baik.
Sekian cyber campus “versi” saya, semoga tulisan saya ini dapat menambah pengetahuan Anda. Banyak kekurangan dalam tulisan saya? Feel free to fill the comment box below to give me advices. Thank you for your attention. Have a nice day 🙂
*Catatan :
Kbps/Mbps adalah akronim dari Megabits per second/Kilobits per second. Satuan ini 8x lebih besar dari MBps/KBps yang merupakan akronim dari Megabyte per second/Kilobyte per second. Jadi 1 KB setara dengan 8 Kb. Jangan salah mengartikan. 🙂